Memberi jarak pada segala

Masa yang teramat sulit itu akhirnya tiba. 
Segala penolakan demi penolakan bergolak dalam hati. 
Pada akhirnya kita harus mengorbankan beberapa hal demi memberi makan ego. 

30 hari yang lalu, kurasa langit sore sangat gelap dari biasanya.  Mataku mengabur bukan oleh bulir hujan tapi oleh apa yang di bahasakan hatiku melalui mata. 

Pertengkaran hebat yang paling kuingat dalam 570 hari kita.  Sungguh aku merasa betapa ego itu adalah hal yang tak bisa kau lawan dengan tangan kosong apalagi kata-kata puitismu. 

Kita menolak berdamai dan mengingat semua juang yang telah kita usahakan.  Kau dan aku kalut dan memilih menanggalkan semua harapan.  Kita menjadi dua orang asing lalu memilih saling diam. 

28 hari yang lalu.. 
Aku berangkat ke kota tugasmu, hatiku tak tenang. 
Ada yang telah kita mulai dengan baik dan aku tak ingin jika berakhir dengan membuat segala tak baik-baik saja.  
Aku datang untuk memastikan hatimu tetap baik-baik saja. 

Malam itu diantara jejal lampu-lampu redup pedagang kaki lima pinggir lapangan dan udara dingin yang merasuk. Dadaku sesak, aku kehabisan kata. 
Kita saling diam, sangat lama. 
Hingga pembicaraan dimulai bahwa mungkin takdir kita hanya akan seperti ini.  Bagaimana kita bisa berjalan dengan tanpa restu.  Hatiku benar-benar gamang.  Aku sesak menahan tangis karena aku tahu kau tak pernah suka jika aku menangis di hadapanmu. 

Malam itu kita memutuskan untuk berhenti.  

Aku hilang
Dan tak tahu lagi perasaanmu. 


Toraja, 03 Oktober 2019

Komentar

Postingan Populer