hari ke 24

Setelah perjalanan menepikan luka ,kuangkat kepalaku dan memulai untuk memperbaiki diri. 

Sebelum beranjak pergi, kami bersepakat untuk memperbaiki hubungan ini. Diperjalanan pulang kupikirkan segala hal yang pernah kami lewati.  Jatuh bangun, menangis tertawa bahkan amarah yang mematahkan kami lalu kembali sediakala. Namun kali ini sepertinya tak ada sediakala lagi.  

Beberapa hari menepikan luka tanpa komunikasi yang seperti biasanya cukup membuat dada keropong dan sangat menyesakkan.  Malam-malam panjang tentang percakapan masa depan yang semakin getir.  Kau berkata telah hilang perasaan, kau berkata telah lelah dan menyesal akan melewati hubungan ini bersamaku, kau berkata kehabisan waktu.  Kata-katamu semakin membuat mataku semakin berkaca-kaca mengingat akan kita. 

Sungguh, kupikir selama ini meluluhkan hati ayah dan ibumu tak akan semenyakitkan ini. Disaat kita butuh saling berpegang dan menguatkan, kau malah memilih merenggakan genggamanmu.  

Sendiri kuhadapi malam-malam menyesakkan.  Menjalani ini bersama dengan perasaan yang tak lagi sama.  Kini aku dan kau seperti dua orang asing yang saling bicara. 

Pembicaraan demi pembicaraan kita membawaku terhempas jauh.  Bagaimana jika kelak aku tak bisa seperti yang kau harapkan?  Bagaimana jika kelak memang kita tak bersama?  

Aku pasrah. 
Berjalan mengikuti alur semesta. 
Hatiku penuh gamang tatkala kudekatkan diriku padaNYA, perjalanan sunyi ini seperti menemukan bunyi lain dalam hatiku.  Bunyi yang gemanya menenangkanku bahwa IA dekat, sangat dekat memeluk hatiku yang rapuh dan terluka.  Kita sama-sama sedang melewati luka, aku berdoa semoga kita bahagia kelak.  

Apapun jawaban atas doa kita semoga itu yang terbaik. 
Hari ini dan hari-hari kemudian perasaanku padamu masih sama.  

Pun perasaanku ketika harus kehilangan Ara.. 

Ini hari ke 24.
Meskipun beberapa hal dari kita perlahan membaik tapi aku masih merasa kehilanganmu sangat jauh. 
Semoga IA segera memberi kita jawab.. 


Makassar, 28 Oktober 2019

Komentar

Postingan Populer