Tentang perasaan-perasaan

15 Ramadan 1439 H

"Jatuh Cinta membuat seluruh duniamu yang abu-abu menjadi sewarna pelangi tapi bisa tiba-tiba mendung dan turun hujan yang lebat".

Beberapa tahun lalu aku membaca sebaris kalimat kira-kira seperti itu bunyinya.  Aku hanya tertawa geli membaca kalimat seperti itu.  Waktu itu aku hanya meyakini bahwa Cinta itu adalah sesuatu yang baik didalamnya banyak mengerjakan hal-hal manis dan Indah saja.  Beberapa kenyataan memang seperti itu adanya.  Namun beberapa lagi tak pernah bisa membuatmu selalu baik-baik saja. 

Bisa bersama seseorang yang kita cintai dan pun sebaliknya adalah bahagia yang cukup.  Ya..  Hanya cukup.  Belum.  Itu masih awal yang mencukupkan adalah dada yang lapang menerima satu atau dua perbedaan, satu atau dua ketidaksukaan.  Kita lalu memaklumi satu persatu hal yang belum pernah kita temui sebelumnya. Memaklumi jika ia kadang cuek, memaklumi jika ia kadang tidak menepati janji,  memaklumi jika kadang ia berkata yang membuat hati kita terluka, memaklumi jika ia sering marah,  memaklumi jika ia sedikit manja dan hal-hal lain yang membutuhkan dada yang lapang.  Bukankah beberapa hal dari jatuh dan mencintai adalah penerimaan-penerimaan yang baik.

Aku sampai pada Cinta yang harus kukerjakan dengan penerimaan-penerimaan, pengertian-pengertian, berlapang pada sabar, menepikan ego dan berusaha hidup dengan berbagi apapun dengannya.  Aku pernah terluka sangat dalam,  Ia pernah terluka jauh lebih dalam.  Masa lalu kami tak ada beda hanya saja aku memilih menyembunyikan luka di balik binar mataku sementara ia kehilangan sinar di matanya. 

Setelah banyak pekerjaan penerimaan, pengertian, melapangkan sabar, menepikan ego aku harus berjuang merawat Cinta.  Betapa pekerjaan panjang itu semakin menguatkanku dan meyakinkan ku perihal pekerjaan yang dikerjakan dengan penuh Cinta. 

Sering aku berdoa, jika kelak kami bertemu perpisahan di tengah jalan yang kami tempuh dalam merawat Cinta maka ku hanya meminta diberi sebidang dada yang lapang untuk meyakini bahwa segala yang tiba dari perpisahan itu adalah kebaikan dan penerimaan yang lebih tinggi kadarnya lagi. 

Aku mencintaimu dan telah bersiap jika saja pekerjaan saling mencintai ini menemui kata usai.
Hari ini kepalaku mengadah kelangit, rinduku sedang memenuhi sesak di dada.  Setelah beberapa hari ia membuat perasaanku sering tak karuan.  Seringkali aku dibuatnya seperti seseorang yang tak punya apa-apa.  Aku menangis tapi aku memaafkannya kembali. Beberapa hari berlalu dan itu membuat ku berfikir bagaimana kelak pekerjaanku merawat Cinta jika acap kali aku harus seperti ini.  Apakah itu bentuk sebuah uji untuk usaha, untuk proses dalam sebuah hubungan yang akan berlangsung selamanya.  Aku berfikir apa aku selama ini belum siap?  Apa selama ini akulah yang paling tak tahu apa-apa perihal pernikahan?  Aku sedang tidak percaya diri akhir-akhir ini.  Pikiranku berat, kepalaku penat tapi disaat seperti itu ia bisaa menjelma kekuatan yang menguatkan ku sekaligus.

Aku masih tertatih perihal menata perasaanku sendiri. Semogalah segala keyakinan yang kuyakini memang benar adanya. 
Aku mencintaimu tanpa kata tetapi..
Selamanya.

Komentar

Postingan Populer