Kelak jika bersamamu

Aku sering membayangkan pada suatu sore di masa depan.
Kau baru saja kembali kerja dengan wajah yang masai namun masih dengan senyummu yang selalu membuatku senang menantikanmu pulang.
Lalu di beranda kita yang menghadap ke barat telah kusiapkan secangkir kopi untukmu dengan sedikit susu dan sedikit gula (katamu karena manismu sudah berlebih makanya tak usah banyak-banyak) juga secangkir teh untukku.sengaja tak kuseduh teh ku lebih dulu karena kupikir kebahagiaan sederhana adalah saat bisa duduk bersamamu di sebuah sore menjelang senja bersama secangkir minuman hangat untuk kita.
Bunga-bunga di halaman berbunga sepanjang musim dan sepanjang aku merawatnya dengan baik.
Kau tak pernah protes jika disbuah pagi di hari libur aku lebih senang di halaman bersama bunga-bunga itu.Kau hanya akan tersenyum (lagi-lagi) memandangku dari beranda sembari menikmati kopi yang kubuatkan serta kue kesukaanmu.
.
.
Bulan juli 2016 aku masih berangan menuliskanmu yang entah belum menemukanku.
barangkali kau masih tersesat dirimbun doa seseorang atau malah doaku yang masih belum menemukamu.
Ini Bulan juli, apa kabar mu?













Dear Gemilang dan Riuh..
Anak ibu, ini kisah saat ibu belum bertemu ayah kalian.
Ibu menuliskan banyak angan untuk kelak akan ibu lakukan ketika bertemu ayah kalian...
Ibu tak tahu apa di masa depan ibu benar-benar melakukan semua hal itu.
Waktu menulis ini usia ibu masih 26 tahun dan belum bertemu ayah kalian.
Ibu masih menghitung satu persatu sepi di penantian.
anakku Gemilang dan Riuh..
Dimasa depan ibu akan melanjutkan kisah ini bersama kalian.
Salam ibu.

Komentar

Postingan Populer