Merelakan jarak

Jarak terjauh dan terlama yang pernah ku tempuh adalah dengan mengagumimu sebatas punggungmu saja.

Entah ini hari keberapa langit menjatuhkan mata air yang berujung kenang dan pemicu sebuah rasa "rindu" menajam dan menghujam pertahanan.
Langit hari ini abu-abu tanpa biru,dibawanya pasukan langit tumpah ruah di jalanan,di atap rumah bahkan di kepalaku.
Ada jarak yang teramat jauh terbentang di kepalaku,bukan tenta g bagaimana diamnya ammak atau bapak yang bekerja jauh diluar kota.
Tapi tentang seseorang yang hanya  mampu kugapai sebatas punggungnya saja.

Bertahun berlari jauh namun tak pernah kemana-mana
Bertahun merasa memperjuangkan namun itu hanya prosa patah hati yang berulang-ulang
Bertahun berkata "mengagumi" namun itu hanya euphoria sakit hati yang kukata "bahagia".
lalu seorang datang membenamkan dirinya di tahun-tahun menungguku.
Menghapus semua kalender berwarna hitam dan menggantinya dengan merah.akhirnya kepalaku tak lagi mengenal jarak dengan berhenti mengejar punggung itu.
Lelaki itu datang membawa langit biru yang kemudian membuat kupi-kupu di dadaku beterbangan kembali dengan riangnya.aku mulai percaya bahwa televisi tak pernah baik kusaksikan,aku mulai percaya bahwa aku harus membeli lebih banyak jacket untuk kesehatanku,aku mulai percaya bahwa segala kisahku akan ku tumpahkan padanya kemudian dan aku mulai percaya bahwa aku "jatuh cinta".

Langit tak serta merta cerah.
Hanya sebentar
Lalu lelaki saturnus itu pergi dan menghilang. Aku mulai menunggu "lagi"
Aku mulai mengagumi "lagi"
Aku mulai menggambarkannya "lagi"
Aku mulai mendengar lagu-lagu sedih "lagi"
Aku mulai mendiamkan diriku "lagi"
Dan kemudian aku kembali bertemu jarak.
Barangkali anomali juang ujung hati mulai bekerja.dibawanya langit-langit cerahku ke penghujung jalan yang membuatku harus berjalan jauh lagi "mencarinya".
Ia tak kemana-mana tapi aku yang harus kemana-mana.

Komentar

Postingan Populer