Mengisahkan Kasih Sayang Februari

Cemas
Kadang membuat segalamu tak baik-baik saja.

Februari kami memasuki tahun kedua dalam pijakan. Jalan-jalan yang akan ditempuh sepertinya masih akan sangat jauh.  Peluh mulai terasa, lelah mulai berontak untuk terlontar, jenuh menghampiri beberapa saat, amarah meledak tak terkira dan semua yang telah terjadi.

Semua masih tetap sama.
Semua masih seperti pertama kita bertemu dan menjalani ratusan hari sebelum hari ini.

Semua tiba-tiba timpang, semua tiba-tiba meruntuhkan setengah jalan yang tersusun selama ini.  Bisakah kau berjalan hanya dengan restu semesta?

Kepalaku tiba-tiba kehilangan semua hari liburnya ketika apa yang kita perjuangkan menemui uji.  Bagaimana bisa agar ibumu menerimaku?  Adakah jalan yang lebih baik untuk kita tempuh selain saling melupakan perasaan kita?  Sebab ada hal yang memang tak bisa kita paksakan, itu adalah ingin ibumu.

Apakah aku yang memang tak bisa memantaskan diriku untuk menjadi seorang yang akan mendampingi anak lelakinya.  Apakah aku yang memang tak bisa menjadi seseorang yang akan memenuhi gizi untukmu.  Apakah aku memang tak bisa menjadi seorang yang akan tetap menjaga bajumu tetap bersih dan wangi.  Apakah aku memang tak bisa menjadi seorang yang tabah menebas jarak untuk menemuimu.

Ingin aku bertemu ibumu sekali lagi.
Aku akan berusaha bersamamu. 

Bu, aku anak perempuan pertama ayahku yang akan mencintai anak lelakimu ini dengan sepenuh hatiku, menerima segala halnya dengan sangat baik dan menjaga diriku untuknya.

Bu, aku anak perempuan pertama ayahku yang akan membuat kehidupan anak lelakimu ini penuh dengan kebahagiaan.  Meskipun aku tak mampu memberi jaminan bahwa dengan bersamaku syurga untuknya kelak, tapi aku akan berusaha mengikutinya sebagai kepala keluarga kami kelak.

Bu, aku anak perempuan pertama ayahku yang akan menjamin anak lelakimu ini akan makan makanan terbaik dan terenak yang kumasak dengan penuh kasih.

Bu, aku anak perempuan pertama ayahku yang akan membuat seluruh baju anak lelakimu ini tetap bersih dan wangi.

Bu, aku anak perempuan pertama ayahku yang akan memberi anak-anak cantik dan ganteng untuk penghapus penat anak lelakimu ini ketika pulang bekerja, ketika lelah bahkan untuk mencipta senyumnya setiap hari.

Bu, percayalah.  Hanya izinmu yang akan membuat langkah kami menuju syurgaNya.  Bersamanu bu, bapak serta ayah juga ibu dan anak-anak kami kelak.

Percayalah padaku, Bu.
Denganku anak lelakimu ini tak akan kekurangan apapun.

Ini aku bu.
Seorang yang mencintai anak lelakimu.

Komentar

Postingan Populer