Lagi-lagi kamu abai pada tanda

Awal juni silam, sebuah tanda akhirnya terpatri jelas.  Kamu meminta maka Ia mengabulkan. Langkah yang tadinya kupikir akan kupanjangkan dan kuretas lewat doa,terhenti juga akhirnya.

Tidak ada yang lebih indah dari kekuatan doa, bersungguh-sungguhlah maka jawaban yang kamu minta akan ada di depan matamu.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya kenyataan-kenyataan itu membuatku berhenti.
Berhenti dari harap ,berhenti dari ingin,berhenti dari cemas. Tanda-tanda itu akhirnya membuat lapang dadaku semakin lapang.

Bahwa apa yang kau paksakan tidak akan baik. Harapan tetaplah harapan jangan meminta lebih agar harapan mu terwujud dengan segera.

Aku pernah mengarapkanmu lebih, doaku membumbung jauh kelangit dan sampai ketelinga sang maha Cinta. Kupikir tidak akan secepat itu jawaban-jawaban yang kuminta tiba , setelah minggu pagi yang hangat kau duduk di sampingku dan kita diam tanpa kata. Kepalaku kembali pada kenang 9 tahun silam, saat kita masih tujuh belasan tahun. Cinta , kupikir itu yang tidak bisa kita hindari. Kali pertama jatuh cinta dan kali pertama takdir mempertemukan kita. Tak lama berselang segalanya terputus. Kau juga aku kemudian hilang di tahun-tahun yang abu-abu.  

Aku masih mencarimu kala itu, tapi takdir begitu sulit kurayu untuk membuatmu berada di sekelilingku , hingga suatu hari di tahun ke 4 kita bertemu tanpa sengaja. Takdir yang sejak dulu kurayu itu akhirnya luluh dan memberi sedikit ruang untuk harapku.

Tahun kesembilan dan lagi-lagi setelah tanda pertama itu , aku masih bersikeras masih ingin membuat harapan-harapanku padamu tetap ada. Tak kuhiraukan tanda itu ,aku berlari mengejarmu dalam diam yg paling diam dan doa.
Lalu....

Tanda itu datang kembali dari doa yang kupinta.

BERHENTILAH..

Doaku menjawabnya.

Aku bersungut-sungut merebahkan badanku tapi aku tak merasakan apa-apa, hanya senyum dan doa yang lagi-lagi membumbung kelangit.

" jika bahagiamu serupa ia yang baik budinya ,maka aku mendoakan semoga berbahagia".

Komentar

Postingan Populer